Lanjut ke konten
Market Insights Tren ketenagakerjaan SEEK Perusahaan-Perusahaan di Asia Harus Mempertimbangkan Kembali Budaya Jam Kerja Lembur
Perusahaan-Perusahaan di Asia Harus Mempertimbangkan Kembali Budaya Jam Kerja Lembur

Perusahaan-Perusahaan di Asia Harus Mempertimbangkan Kembali Budaya Jam Kerja Lembur

Benua Asia merupakan rumah bagi beberapa ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia. Terlepas dari lingkungan global yang menantang, pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang, khususnya di Asia Timur dan Pasifik, tetap bertahan kokoh dan akan terus mengalami perluasan yang pesat, dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya. Perkembangan yang luar biasa ini merupakan bukti utama kemajuan kita.

Kondisi jam kerja yang panjang di negara-negara Asia

Namun demikian, laju pertumbuhan yang pesat tersebut datang dengan harga yang lebih tinggi dari yang dibayangkan. Menurut survei 'The Healthiest Workplace', sebuah penelitian yang dilakukan oleh AIA Vitality, negara-negara Asia seperti Hong Kong, Singapura, dan Malaysia umumnya tercatat memiliki jam kerja yang lebih panjang dengan rata-rata 12 jam diatas waktu kerja mereka seharusnyajika dibandingkan dengan Australia.

Indonesia juga merupakan salah satu negara dengan jumlah pegawai tertinggi (14.3%) yang bekerja lebih dari 60 jam  dalam seminggu, ketika standarnya adalah 40 jam per minggu, seperti yang dilaporkan dalam survei lain yang dilakukan oleh Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Meskipun terdapat lebih sedikit laporan mengenai jam kerja di Thailand, Bangkok menduduki peringkat kota dengan jam kerja terpanjang ke-5 pada 2016 dan para pekerja asing dalam industri pariwisata negara tersebut dilaporkan bekerja lembur hingga 17 – 19 jam per hari selama musim-musim puncak liburan (peak season) dan hanya memiliki jatah 2 hari cuti dalam sebulan.

Di Vietnam, dilaporkan bahwa jumlah waktu lembur maksimal yang diijinkan lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara tetangganya. Namun Kementrian Tenaga Kerja telah mengajukan rancangan agar para pegawai Vietnam dapat bekerja hingga maksimal 600 jam lebih mulai tahun 2017. Angka tersebut tiga kali lipat lebih tinggi dari 2016, dimana para pegawai diperbolehkan bekerja hingga maksimal 200 jam lebih setiap tahunnya.

 

loa-bottombanner-728x90ev-article-and-edm-banner

 

Dampak dari jam kerja yang panjang

Jam kerja yang terlalu panjang memiliki dampak buruk bagi keseimbangan kehidupan pribadi dan kantor (work-life balance) pegawai. Sebagai contoh, dalam sebuah survei yang dilaksanakan oleh MIMS, sebanyak 133 dari 298 penyedia jasa kesehatan di Malaysia dan Singapura "mengaku pernah tertidur ketika mengemudi setelah sebuah hari yang panjang di tempat kerja, dan 97 diantaranya mengaku pernah terlelap beberapa kali." Survei tersebut menunjukkan bahwa 26.5% dari seluruh dokter yang berpartisipasi dalam survei mengaku bahwa mereka pernah terlibat dalam kecelakaan lalu lintas setelah bekerja berjam-jam dan lebih parahnya lagi, 56,1% dokter dan 61,4% apoteker menyatakan bahwa mereka pernah melakukan kesalahan medis akibat tekanan mental yang mereka alami akibat jam kerja yang panjang.

Survei yang sama oleh AIA Vitality juga mengungkapkan bahwa negara-negara dengan jam kerja yang panjang juga merupakan negara-negara yang memiliki tingkat kerugian produktivitas tertinggi akibat ketidakhadiran dan 'presenteeism' (kondisi dimana pegawai tidak produktif meskipun hadir di kantor) dengan Malaysia, Singapura, dan Hong Kong masing-masing mencatat rata-rata kerugian produktivitas 66, 54, dan 71 hari dalam setahun, dibandingkan dengan negara-negara seperti Australia (45 hari) dan Inggris (30 hari). Negara-negara ini juga mencatat tingkat depresi yang tinggi dalam berbagai sektor seperti konstruksi, keuangan dan asuransi. Hal ini juga menunjukkan bahwa tren jam kerja yang panjang merupakan salah satu faktor penyebab tingkat depresi yang tinggi, kurang tidur dan kesehatan pegawai yang buruk.

Sebagai seorang praktisi HR yang bertanggungjawab, sudah merupakan tugas Anda untuk memastikan bahwa kesehatan dan kesejahteraan para pegawai terpelihara dengan baik. Terlebih lagi apabila jam kerja yang panjang merupakan budaya kerja di perusahaan Anda. Berikut merupakan 5 tips untuk mengurangi jam kerja yang panjang.

uuuu

Sebagian besar perusahaan Asia belum memiliki inisiatif yang cukup besar untuk menjawab isu jam kerja yang panjang ini. Seperti yang diungkapkan oleh Winnie Mak, profesor psikologi di Chinese University of Hong Konghal ini mungkin disebabkan oleh kenyataan bahwa penduduk Asia pada umumnya lebih segan untuk mengekspresikan emosi mereka jika dibandingkan dengan orang Barat.

Hal ini juga dapat disebabkan oleh budaya kerja di seluruh wilayah Asia, dimana jam kerja yang panjang serta lembur hingga larut malam di kantor merupakan praktik umum, sehingga para pegawai cenderung merasa diwajibkan untuk bekerja dengan jam kerja yang panjang. Pertanyaannya adalah, apakah Anda ingin dipandang sebagai sebuah perusahaan yang enggan berubah atau menjadi salah satu dari sedikit perusahaan di Asia yang memprioritaskan pegawai mereka dan fokus pada efektivitas work-life balance? Anda juga bisa mengetahui apakah pegawai Anda merasa kelelahan dan kehabisan tenaga atau tidak di sini.

loa-bottombanner-728x90ev-article-and-edm-banner

Berlangganan Wawasan Pasar

Dapatkan pesan dari para pakar Wawasan Pasar langsung ke kotak masuk Anda.
Anda dapat berhenti berlangganan email kapan saja. Dengan mengklik 'berlangganan' Anda setuju dengan Pernyataan Privasi SEEK kami