Lanjut ke konten
Market Insights Wawasan tenaga kerja Panduan Penting untuk HR dalam Mengatur Romance di Tempat Kerja
Panduan Penting untuk HR dalam Mengatur Romance di Tempat Kerja

Panduan Penting untuk HR dalam Mengatur Romance di Tempat Kerja

Romance di tempat kerja bisa menjadi hal yang rumit dan berpotensi menjadi mimpi buruk bagi profesional HR dan karyawan. Kita rata-rata menghabiskan sepertiga kehidupan kita di tempat kerja dan jika ditotalkan adalah sekitar 90.000 jam dan tentunya karyawan banyak menghabiskan waktu bersama dan menjadi dekat satu sama lain, sehingga kemungkinan untuk saling tertarik pun semakin tinggi.

Walaupun ketertarikan di tempat kerja bisa jadi tidak lebih dari sekedar saling menggoda ketika mengobrol saat makan siang, kita tidak pernah tau apakah ketertarikan tersebut dapat berlanjut hingga hubungan romantis atau seksual. Hal ini dapat menjadi rumit mulai dari dugaan adanya bias dan memfavoritkan karyawan tertentu hingga tuduhan pelecehan seksual.

Oleh karena itu melalui artikel ini, kami akan membahas bagaimana profesional HR dapat mengatur hubungan di kantor untuk melindungi baik perusahaan maupun karyawannya.

loa-bottombanner-728x90ev-article-and-edm-banner

Memperkenalkan kode etik tentang hubungan

Kita seringkali tidak bisa menghentikan hubungan asmara berkembang di tempat kerja sehingga kenapa semakin banyak perusahaan yang memilih untuk tidak memiliki non-dating policy atau kebijakan tidak boleh pacaran karena kebijakan seperti itu biasanya semakin menyebabkan masalah daripada menguntungkan.

Sebagai gantinya, pertimbangkan untuk membuat kode etik tentang hubungan yang memberikan panduan bagi karyawan yang memiliki hubungan tentang bagaimana mereka sebaiknya menghadapi hubungan di tempat kerja. Sebagai contoh, perilaku yang tidak sesuai di tempat kerja seperti menunjukkan kemesraan di hadapan umum (public display of affection) contohnya sentuhan atau gestur berlebihan lainnya seharusnya dilarang. Hal ini dikarenakan perilaku demikian dapat memberikan efek negatif terhadap mental tim dan dapat mendorong tersebarnya rumor dan gosip yang tidak pantas.

Walaupun hal ini terlihat intrusif, pendekatan semacam ini memastikan karyawan tetap bersikap profesional di tempat kerja dan menentukan standar bagaimana karyawan seharusnya bersikap.

Perbarui kebijakan perusahaan tentang pelecehan seksual dan hubungan asmara di tempat kerja

Adanya peningkatan jumlah karyawan yang menentang tindakan pelecehan seksual akhir-akhir ini menunjukkan bahwa HR profesional harus terus waspada akan hubungan yang tidak pantas di tempat kerja.

Skandal yang melibatkan produser Harvey Weinstein dan gerakan #metoo menunjukkan isu yang sering kali diabaikan di tempat kerja; di mana karyawan berada dalam rasa takut akhirnya dipaksa untuk terlibat dalam hubungan yang tidak pantas dengan atasan atau rekan kerja mereka. Dalam kasus Harvey Weinstein, produser tersebut melakukan pelecehan seksual terhadap karyawan perempuan selama bertahun-tahun tanpa sangsi karena banyak yang takut menyuarakan dan menentang individu yang sangat berpengaruh dan menentukan karir mereka.

Skandal tersebut menunjukkan apa yang sebenarnya telah menjadi rahasia umum selama bertahun-tahun dan karena itulah para profesional HR perlu memperbarui kebijakan perusahaan tentang hubungan asmara di tempat kerja dan pelecehan seksual. Mereka juga perlu memastikan bahwa karyawan memahami apa yang menjadi hak mereka dan tahu bahwa mereka memiliki kebebasan untuk menyuarakan ketika merasa dipaksa.

Mengharuskan karyawan untuk menandatangani “love contract”

Love contract adalah surat kesepakatan yang dibuat oleh departemen HR yang harus ditandatangni oleh kedua karyawan yang menjalin hubungan asmara. Tujuan dari kesepakatan tersebut adalah untuk mengklarifikasi hubungan antar dua pihak adalah murni konsensual dan pada saat bersamaa juga menekankan sikap dan posisi perusahaan terhadap pelecehan seksual di tempat kerja.

Love contract Anda juga sebaiknya memberikan panduan tentang bagaimana karyawan diharapkan untuk bersikap selama hubungan mereka tersebut (berdasarkan kode etik) sekaligus menyatakan sikap seperti apa yang diharapkan ketika hubungan tidak berjalan dengan baik.

Kontrak ini ditandatangani oleh kedua karyawan yang juga harus menyatakan bahwa jika terjadi indikasi adanya bias dan gangguan di tempat kerja, mereka aka menerima teguran atau bahkan pemutusan hubungan kerja.

Mengharuskan pemberitahuan atau disclosure secara penuh

Ketika hubungan asmara terjadi, karyawan harus memberitahukan kepada perusahaan dan di sinilah pentingnya bagi departemen HR untuk memiliki kebijakan terbuka (open-door policy). Dengan mendorong karyawan untuk lebih terbuka akan hubungan mereka, departemen HR dapat mengambil langkah proaktif untuk menyelesaikan masalah apapun yang akan muncul di masa yang akan datang.

Sebagai contoh, seorang supervisor yang memiliki hubungan asmara dengan bawahannya tentu saja sangat tidak diperbolehkan dan hal ini dapat mengakibatkan munculnya dugaan adanya bias atau bahkan tuduhan pelecehan seksual. Oleh karena itu, HRD dapat bertindak lebih awal dengan memindahkan baik supervisor atau bawahan ke departemen lainnya.

Keuntungan lainya dengan full disclosure ini adalah HRD dapat memberikan masukan kepada karyawan tentang bagaimana mereka sebaiknya bersikap dan apa yang harus dihindari di kantor selama masih terlibat hubungan.

Hubungan asmara di tempat kerja adalah masalah yang rumit yang tidak mungkin dihindari. Walau demikian, dengan tips-tips yang diberikan, skill, dan diplomasi, Anda seharusnya tidak terlalu kesulitan menghadapi hubungan-hubungan asmara tersebut di tempat kerja.

loa-bottombanner-728x90ev-article-and-edm-banner

Berlangganan Wawasan Pasar

Dapatkan pesan dari para pakar Wawasan Pasar langsung ke kotak masuk Anda.
Anda dapat berhenti berlangganan email kapan saja. Dengan mengklik 'berlangganan' Anda setuju dengan Pernyataan Privasi SEEK kami