Lanjut ke konten
Market Insights Tren ketenagakerjaan SEEK Konsumerisasi SDM: Apa Dampaknya Terhadap Strategi Rekrutmen Perusahaan Anda?
Konsumerisasi SDM: Apa Dampaknya Terhadap Strategi Rekrutmen Perusahaan Anda?

Konsumerisasi SDM: Apa Dampaknya Terhadap Strategi Rekrutmen Perusahaan Anda?

Setelah melewati hari yang melelahkan di kantor, Anda pastinya sudah tidak sabar untuk pulang ke rumah dan berbaring di sofa yang indah dan mulai menonton program-program terbaik yang direkomendasikan oleh Netflix bagi Anda yang berdasarkan mesin algoritma personal bertajuk "Karena Anda menyaksikan …". 

Algoritma yang sama juga berlaku saat Anda menonton video YouTube atau mendengarkan musik di Spotify, di mana dunia media yang berjaya saat ini sepertinya mengetahui minat dan preferensi Anda, kemudian secara otomatis menyesuaikan segalanya sesuai kecenderungan tersebut. 

Berkat ketergantungan manusia yang semakin tinggi pada teknologi, otomasi semacam itu tanpa disadari telah membuat kita menetapkan suatu ekspektasi terkait kemudahan dan pemenuhan tingkat kenyamanan kita. Tanpa disadari, kita juga mulai memiliki ekspektasi yang sama di tempat kerja. Sayangnya, sebuah kantor pada umumnya kemungkinan tidak mengenali preferensi dan kecenderungan Anda layaknya pengaturan yang biasa Anda nikmati di rumah.

Seiring dengan semakin 'digital'-nya kehidupan manusia, perusahaan yang berpandangan maju kini mulai mengeksplorasi kebutuhan untuk menciptakan personalisasi di tempat kerja, dalam sebuah gerakan yang disebut "consumerization of HR" atau konsumerisasi SDM, dengan menciptakan pengalaman pegawai 'rasa' konsumen di kantor.

Konsumerisasi SDM kini semakin marak digunakan; pertanyaannya adalah, bagaimana dampaknya terhadap strategi rekrutmen perusahaan Anda?

Perhatian lebih pada pengalaman kerja pegawai 

Pencari kerja akan mulai mencari pekerjaan yang menawarkan bukan hanya tunjangan yang baik, melainkan yang juga memberikan pengalaman kerja yang berkesan. Idealnya, perusahaan tersebut akan menjadi tempat kerja dambaan di mana semua elemen pekerjaan dirancang dengan cermat untuk menginspirasi para pegawai.

Salah satu contohnya adalah Airbnb, di mana perusahaan pasar online tersebut memiliki fokus untuk menghidupkan misi perusahaannya dalam menciptakan dunia di mana pelanggannya dapat #belonganywhere (motto Airbnb; 'berada dimana saja') dengan menciptakan pengalaman serupa bagi pegawainya. Alih-alih menempatkan pegawai pada meja atau area kerja yang ditentukan, Airbnb mengijinkan pegawai mereka untuk bekerja dari ruang kerja mana pun (karena mereka dapat 'berada di mana saja'), termasuk ruang makan, ruang tamu, atau bahkan di ruang dapur. Ini memungkinkan para pegawai secara fleksibel memilih untuk bekerja di ruang yang tenang atau bekerja bersama rekan tim mereka untuk bertukar pikiran kapan pun, dimana pun.

 

loa-bottombanner-728x90ev-article-and-edm-banner

 

Siap atau tidak, fleksibilitas tempat kerja kini menjadi norma baru dan secara konsisten sesuai dengan keinginan sebagian besar pegawai (bukan hanya generasi Millenial), bukannya kemewahan yang memotivasi atau jenis tunjangan lainnya. Perusahaan semakin menyadari betapa pentingnya pengaturan kerja ini sebagai cara yang efektif untuk meningkatkan kepuasan pegawai dan menciptakan pegawai yang lebih bahagia. Tren ini juga sangat sejalan dengan pemenuhan ekspektasi pegawai di tempat kerja, di mana mereka dapat mempersonalisasi preferensi pekerjaan mereka.

Faktanya, jika perusahaan Anda meyatakan bahwa mereka mengijinkan pegawai untuk pulang lebih cepat atau bekerja dari rumah, Anda pastinya akan menarik perhatian para pencari kerja. Mengusung kebijakan kerja yang fleksibel dan family-friendly, CEO PepsiCo Australia & Selandia Baru adalah salah satu contoh pemimpin yang sepenuhnya meyakini bahwa hasil dan perolehan yang dicapai lebih penting dari mempermasalahkan apakah pekerjaan tersebut dilakukan di kantor atau tidak. Tidak mengherankan jika PepsiCo merupakan salah satu perusahaan paling menarik bagi para pencari kerja di Australia.

Mengubah peranan para pegawai

Pegawai yang bahagia dapat menjadi pelanggan terbaik Anda, karena ia dengan sendirinya akan menjadi pendukung merek perusahaan Anda, jika diperlakukan dengan benar. Menurut sebuah riset yang dilakukan oleh Edelman Trust Barometer pada tahun 2014, 52% konsumen yang disurvei lebih mempercayai pegawai "biasa" daripada CEO sebuah perusahaan, atau meningkat 30% dari hasil survei tahun 2009. Selain itu, konten yang diunggah oleh para pegawai mendapat respon 8 kali lipat lebih tinggi daripada konten yang dibagikan di saluran resmi perusahaan.

Dengan kata lain, Anda harus mulai merekrut dan memperlakukan pegawai layaknya Anda mempromosikan dan memberikan perlakuan terbaik kepada pelanggan Anda. Pendekatan yang buruk adalah dengan memprioritaskan pemegang saham perusahaan diatas pelanggan Anda dan meletakkan pegawai sebagai prioritas terakhir Anda. Facebook adalah salah satu contoh perusahaan yang memanjakan pegawai mereka; raksasa media sosial tersebut tidak hanya menawarkan tunjangan dan imbalan terbaik, tetapi juga memelihara pegawai mereka dengan baik, mulai dari menyediakan makanan yang disiapkan khusus hingga memberikan sejumlah besar bantuan keuangan bagi pegawai yang baru memiliki bayi, yang disebut 'baby cash'.

Konsumerisasi SDM tidak diragukan lagi akan membantu perusahaan menarik lebih banyak kandidat, dan menciptakan tenaga kerja yang menarik dengan pengalaman kerja yang mengesankan. Para perekrut harus belajar beradaptasi dengan berbagai strategi yang sejalan dengan keinginan para pencari kerja. Bayangkan betapa menyenangkannya jika Anda bisa masuk ke kantor yang mengenali pengaturan suhu atau pencahayaan favorit Anda dan secara otomatis mengetahui tugas atau pekerjaan mana yang sesuai dengan keahlian Anda?

loa-bottombanner-728x90ev-article-and-edm-banner

Berlangganan Wawasan Pasar

Dapatkan pesan dari para pakar Wawasan Pasar langsung ke kotak masuk Anda.
Anda dapat berhenti berlangganan email kapan saja. Dengan mengklik 'berlangganan' Anda setuju dengan Pernyataan Privasi SEEK kami