Lanjut ke konten
Market Insights Tren ketenagakerjaan SEEK Chatbot Baru HR untuk Membantu Menghentikan Pelecehan di Tempat Kerja
Chatbot Baru HR untuk Membantu Menghentikan Pelecehan di Tempat Kerja

Chatbot Baru HR untuk Membantu Menghentikan Pelecehan di Tempat Kerja

Teknologi sudah lama membantu kita dalam satu dan lain hal; mengatur dan mengurangi beban kerja, mengelola pekerjaan dan bahkan membantu kehidupan kita sehari-hari. Untuk semakin melengkapi fungsi di atas, teknologi kini mulai membantu manusia secara emosional, untuk menjadi pendengar dan penolong kita.

Ilmu pengetahuan interaktif memungkinkan kita untuk mendelegasikan beberapa pekerjaan pada kecerdasan buatan dan menyibukkan diri kita pada pekerjaan yang lebih penting. Ini dimungkinkan dengan diciptakannya prototipe chatbot yang diberi nama Chatterbot, Julia,  yang dikembangkan oleh Mauldin (pendiri Lycos, Inc.,) pada tahun 1994. Sejak itu, berbagai jenis Chatbot telah memfasilitasi mobile interface, layanan pelanggan, dan beragam industri lainnya; Siri (Apple) dan Google Assistant merupakan contoh yang paling umum.

 

loa-bottombanner-728x90ev-article-and-edm-banner

 

Kemajuan  chatbots melonjak dengan cepat; dengan chatbot terbaru “Spot” dirilis pada Desember 2017. Spot dirancang untuk membantu Anda dalam hal pelecehan dan penganiayaan. Spot beroperasi dengan mengajukan pertanyaan terbuka (dahulu ia keluar dari rumah untuk mencari  dan menyimpan data yang diberikan. Ia merupakan alat bantu berbasis web yang tidak dipungut biaya dan tersedia bagi siapa saja yang ingin melaporkan suatu insiden).

screenshot

                                                                                     A screenshot of Spot app. 

Pada kasus pelecehan atau diskriminasi, korban takut akan adanya serangan balasan atau kadang enggan untuk membicarakannya. Berbicara dengan sebuah bot akan jauh lebih nyaman dibandingkan dengan berbicara dengan orang sungguhan, khususnya karena Anda dapat memilih untuk membuat laporan secara anonim. Pengunaan Spot memastikan adanya evaluasi secara jujur dan objektif. Kemudahan dalam mengakses bot memungkinkan korban untuk segera melaporkan kejadian tersebut saat masih segar dalam ingatannya, memastikan ada sebanyak mungkin detail yang dicatat.

Bot ini meminta pengguna untuk memberikan rincian kejadian lengkap dan menyimpan data dalam laporan pdf pribadi. Jika dikehendaki oleh sang pelapor, laporan ini dapat di-email lebih lanjut pada pegawai lain (yang ditentukan oleh sang pelapor). Bot tersebut melakukan wawancara kognitif dan juga telah diprogram untuk tidak menanyakan hal-hal tertentu. Ia juga mengumpulkan kata-kata kunci dan melakukan penilaian melalui definisi untuk menentukan apakah kejadian yang dilaporkan tergolong sebagai bentuk diskriminasi, pelecehan, atau bukan keduanya.

Jika para manajer HR menggunakan alat ini:

  • Semakin banyak insiden akan dilaporkan

  • Para oknum bersalah akan lebih berhati-hati dan menahan diri untuk tidak melecehkan atau memanipulasi rekan kerja mereka (atau bawahan mereka)

  • HR akan memiliki suatu bukti solid dalam situasi di mana kasus tersebut perlu dilaporkan ke pihak berwenang

  • Orang yang bersangkutan (manajer langsung, supervisor, atau pegawai penting lainnya) dapat segera mendapat informasi via email.

 

Sebuah bot serupa telah dirancang oleh Jessica Ladd dan diberi nama Callisto. Callisto dirancang untuk melaporkan insiden pelecehan di perguruan tinggi.

“Callisto menciptakan teknologi untuk melawan pelecehan seksual di kampus perguruan tinggi. Ia merupakan sistem pelaporan yang terenkripsi, online, dan terinformasi atas trauma yang memberikan tiga pilihan bagi korban: untuk merekam/mencatat insiden tersebut, melaporkannya secara elektronik ke pihak sekolah, atau memasukkannya ke sistem pencocokan - sehingga insiden hanya akan dilaporkan ke pihak sekolah apabila pelaku yang sama dilaporkan oleh orang lain."

Di kampus perguruan tinggi, dimana para korban umumnya berusia muda, pemalu, dan lebih rentan mengalami pelecehan, bot semacam Callisto terbukti merupakan alat bantu yang sangat bermanfaat.

Walau upaya Spot dan Callisto untuk menghilangkan pelecehan di tempat kerja dan kampus patut dipuji, masih terdapat sejumlah risiko keamanan yang harus diatasi oleh kedua platform tersebut.

Seperti yang disebutkan oleh Gizmodo mengenai  kebijakan privasi Spot, “Kebijakan tersebut tidak melindungi jenis data yang mereka kumpulkan dengan baik, dan mereka cepat melepaskan diri dari risiko nyata yang mungkin berdampak pada pengguna aplikasi mereka." Pengguna harus selalu ingat bahwa membuat dokumentasi atas informasi pribadi semacam itu mungkin memiliki risiko keamanan, oleh sebab itu mereka harus berhati-hati dalam menggunakan kedua platform ini.

Meskipun memiliki sedikit risiko kemanan, penemuan kedua bot tadi mendukung gerakan perlawanan terhadap pelecehan dan membuat hal tersebut terlihat menjanjikan dan sepenuhnya memungkinkan.

loa-bottombanner-728x90ev-article-and-edm-banner

Berlangganan Wawasan Pasar

Dapatkan pesan dari para pakar Wawasan Pasar langsung ke kotak masuk Anda.
Anda dapat berhenti berlangganan email kapan saja. Dengan mengklik 'berlangganan' Anda setuju dengan Pernyataan Privasi SEEK kami