Lanjut ke konten
Hiring Advice Keterlibatan karyawan Masa Depan Bali: Bagaimana Pusat Pariwisata Tetap Maju dalam Normalitas Baru
Masa Depan Bali: Bagaimana Pusat Pariwisata Tetap Maju dalam Normalitas Baru

Masa Depan Bali: Bagaimana Pusat Pariwisata Tetap Maju dalam Normalitas Baru

 

Melangkah dengan nyaman di atas pasir, kamu memandang sinar matahari terbenam sambil menikmati minuman segar favoritmu. Sepanjang hari kamu berada di Seminyak, belanja oleh-oleh yang murah, dan mengunjungi restoran bersama teman-temanmu. Ini liburan yang luar biasa dan kamu sudah mulai merencanakan yang selanjutnya.

 

Angan-angan yang indah, tetapi karena pandemi, bayangan itu jauh dari kenyataan bagi pusat pariwisata Indonesia. Tempat yang tadinya dikunjungi oleh wisatawan mancanegara maupun lokal, industri perhotelan dan pariwisata Bali sangat terpukul dengan adanya pandemi COVID-19. Lebih dari enam juta orang asing mengunjungi pulau Bali tahun lalu, tetapi menurut Channel News Asia, Badan Pusat Statistik Indonesia melaporkan bahwa di bulan Juli jumlah wisatawan ke Bali  menurun sebesar 89%.

 

Ketika pengendalian virus corona seakan-akan berhasil, pulau Bali mulai menyambut turis pada akhir Juli--menyebabkan lonjakan kasus aktif. Karena itu, Bali akan tetap tutup bagi pengunjung hingga akhir tahun ini.

 

Mengingat sekitar 80% pendapatannya berasal dari sektor pariwisata, bagaimana Bali bisa bangkit kembali?

 

Menemukan Bali Kembali, Pengakuan Penduduknya

Tanpa wisatawan tahun ini, tidak sedikit warga lokal--terutama yang bekerja di bidang perhotelan dan pariwisata--kehilangan sumber penghasilan. Berdasarkan Job Report COVID-19 Jobstreet, 54% pekerja Indonesia di-PHK atau dirumahkan untuk sementara, dengan 79% berasal dari Bali.

 

Untuk memenuhi kebutuhan hidup, kebanyakan warga Bali harus menemukan sumber pendapatan baru, dengan pulang kampung dan terjun ke sektor pertanian. Selama jeda dari keadaan normal ini, mereka tidak hanya menemukan pekerjaan baru, tetapi juga perspektif baru terhadap pulau Bali.

 

Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian, petani muda dan pembuat film Dwitra J. Ariana berbagi pandangan, “Bali kembali ke nol. Kami belum pernah mengalami ini sebelumnya, dan ini menumbuhkan kesadaran baru bahwa pulau ini tidak serapuh yang orang pikirkan. Meskipun sektor pariwisata telah ambruk, orang Bali tidak akan kelaparan.”

 

Sebagian penduduk setempat pun telah beralih ke pertanian rumput laut, sumber penghidupan warisan nenek moyang yang terhenti karena lonjakan pariwisata. Sementara beberapa ingin kembali ke pekerjaan mereka di sektor perhotelan dan pariwisata, ada pula yang ingin mendiversifikasi pendapatan mereka dengan melakukan keduanya.

 

Pariwisata berkelanjutan sebagai strategi

Meskipun status Bali sebagai tujuan wisata favorit telah berkontribusi dalam pertumbuhan ekonominya, hal itu berdampak negatif terhadap lingkungan. Menurut platform berita ilmu lingkungan Mongabay, Indonesia adalah penyumbang sampah plastik nomor dua setelah Cina, dan Bali telah mengalami dampak dari kurangnya pengelolaan terpusat sehingga banyak sampah dibuang di darat dan laut.

 

Pandemi ini mungkin menjadi peluang yang sempurna bagi Bali dan penduduknya untuk menciptakan perubahan. Menurut aktivis lingkungan setempat Gede Robi Supriyanto, pandemi tersebut telah memicu “pergeseran budaya”.

 

“Orang mulai berpikir ulang untuk melestarikan alam dan budaya mereka, entah sengaja atau terpaksa karena pandemi,” kata Supriyanto dalam wawancara dengan Australian Broadcasting Corporation (ABC). "Dalam bencana seperti ini kami perlu beradaptasi dengan cepat sehingga setiap langkah yang kami ambil akan menjadi solusi untuk masalah tersebut.”

 

“Sektor pariwisata perlu mengembangkan produk bersama sektor lain untuk menciptakan ekonomi yang lebih tangguh dan berkelanjutan,” kata konsultan bisnis berkelanjutan dan ekonom Dr. Luh Putu Mahyuni dalam webinar yang diselenggarakan oleh The Star bulan Mei lalu.

 

Pergerakan menuju pariwisata berkelanjutan mungkin menjadi hikmah tak terduga bagi Bali--memungkinkan pulau Bali untuk tetap menjadi tujuan wisata terfavorit tanpa mengabaikan upaya melindungi lingkungan, mendiversifikasi tawarannya bagi wisatawan, dan memberikan peluang kerja baru.

 

 

Usaha bersama: Bagaimana penduduk Bali menjaga pulaunya tetap hidup

Pergeseran yang disebabkan oleh pandemi telah membuat para pemilik usaha setempat memikirkan kembali strategi mereka dan menemukan solusi kreatif untuk menjaga perusahaan mereka tetap bertahan dan menopang karyawan mereka. Platform gaya hidup digital Honeycombers Bali mewawancarai beberapa pengusaha di Bali tentang cara mereka menghadapi krisis kesehatan global ini.

 

  • Pengiriman adalah raja. Seperti di belahan dunia lainnya, penduduk Bali memesan makanan ke rumah dan tidak makan di luar. Sophie Gargett, direktur kreatif di SOUQ, mendukung sesama pemilik bisnis dengan membeli dari mereka dan melakukan pendekatan ekosistem dengan mengutamakan dukungan yang bersifat komunal dan melampaui kapitalisme.

  • Bekerja dari rumah. Gede Ben, terkenal dengan bisnis kebugaran serta makanan dan minuman di Bali, telah beralih ke latihan fisik di rumah (2befit) dan melakukan pelatihan online untuk kliennya. Menurutnya, menjaga kebugaran tidak harus terbatas di gym.

  • Utamakan karyawan. Jean Howe, pendiri Threads of Life, bercerita bahwa dia dan anggota stafnya melakukan pemotongan gaji untuk memastikan bahwa anggota tim lainnya tidak perlu mengalami PHK.

 

Dari tsunami hingga pemboman, Bali telah menghadapi kesulitan di masa lalu. Bali menjadi lebih kuat dan lebih tangguh saat itu; pulau ini akan melakukannya lagi sekarang. Komunitas dan bisnis setempat bersatu dalam upaya mereka untuk mengatasi tantangan terbaru ini, mendorong dan membantu satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan. Di tengah krisis ini, mereka terus menunjukkan martabat dan kebaikan dalam pekerjaan yang berarti bagi mereka.

 

Bekerjalah dengan orang yang tepat. Gunakan Talent Search untuk mendapat talent yang tepat dan melakukan pekerjaan yang berarti bagi organisasi Anda. Butuh saran ahli? Kunjungi halaman Insight kami untuk mengetahui lebih lanjut proses rekrutmen dalam membantu kandidat mengembangkan karier yang berarti sambil memenuhi kualifikasi yang Anda butuhkan.

 

Di JobStreet, kami memiliki  visi untuk menghadirkan #PekerjaanBerarti. Sebagai Partner Karier, kami berkomitmen untuk membantu pencari kerja menemukan semangat dan tujuan dalam setiap pilihan karier. Dan sebagai Mitra Pencari Kerja nomor 1 di Asia, kami menghubungkan pemberi kerja dengan pencari kerja tepat yang akan memberikan dampak positif jangka panjang kepada organisasinya.

 

Temukan Kerja Berarti. Kunjungi JobStreet sekarang.

 

Tentang SEEK Asia

 

SEEK Asia, gabungan dari dua merek ternama Jobstreet dan jobsDB, adalah portal lowongan pekerjaan terkemuka dan destinasi pilihan untuk pencari dan pemberi kerja di Asia. Kehadiran SEEK Asia menjangkau 7 negara yaitu Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina dan Vietnam. SEEK Asia adalah bagian dari SEEK Limited Company terdaftar di Bursa Efek Australia, portal lowongan pekerjaan terbesar di dunia berdasarkan kapitalisasi pasar. SEEK Asia dikunjungi lebih dari 400 juta kali dalam setahun.

 

Tentang SEEK Limited

 

SEEK adalah grup perusahaan yang beragam, dengan portofolio yang kuat  yang mencakup usaha lowongan pekerjaan daring, pendidikan, komersial dan relawan. SEEK hadir secara global (termasuk di Australia, Selandia Baru, Cina, Hong Kong, Asia Tenggara, Brazil dan Meksiko), yang menjangkau lebih dari 2,9 miliar orang dan sekitar 27 persen PDB global. SEEK memberikan kontribusi positif kepada orang-orang dalam skala global. SEEK terdaftar dalam Bursa Efek Australia, yang menempatkannya sebagai 100 perusahaan teratas dan telah diperingkat sebagai 20 Perusahaan Paling Inovatif oleh Forbes.

Langganan Tips Rekrutmen

Dapatkan pesan dari para pakar Tips Rekrutmen langsung ke kotak masuk Anda.
Anda dapat berhenti berlangganan email kapan saja. Dengan mengklik 'berlangganan' Anda setuju dengan Pernyataan Privasi SEEK kami