6 Tren Sistem Kerja yang Jadi Prioritas Talent Digital Masa Kini
Pandemi Covid-19 berdampak besar bagi sistem kerja perusahaan. Situasi kritis ini menuntut perubahan drastis sistem kerja untuk seluruh sektor Industri di dunia, termasuk juga di Indonesia. Dihadapkan dengan ancaman resesi ekonomi, banyak perusahaan memotong beban pengeluaran dengan mengadakan PHK besar-besaran.
Tak sampai di situ, kebijakan lockdown turut menekan kegiatan tatap muka yang berimbas pada perubahan sistem kerja yang sebelumnya work from office menjadi work from home. Hal ini mengakibatkan transisi besar-besaran bagi pihak jajaran manajemen perusahaan, terlebih bagi organisasi yang sebelumnya belum sama sekali memanfaatkan teknologi dan otomatisasi dalam lingkup kerjanya.
Seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia, banyak perusahaan sudah mulai stabil dan bangkit kembali dengan mengubah fokus dalam pengelolaan pekerja di tahun 2021. Tak hanya itu, efek pandemi juga menghadirkan perubahan masif dalam preferensi talent memilih tempat dan tren sistem kerja yang dirasa ideal.
Sebagai perekrut, Anda perlu memahami bahwa kondisi peralihan ini pastinya akan menghadirkan tantangan baru bagi proses perekrutan dan pengelolaan pegawai pasca pandemi. Hadirnya angkatan kerja ‘digital talent’ perlu disikapi dengan tepat agar Anda dapat merekrut kandidat yang tepat untuk keberlangsungan perusahaan jangka panjang.
Mari pelajari lebih lanjut mengenai tren sistem kerja masa kini dan tips untuk Anda menyikapi kandidat di masa digital lewat pembahasan berikut.
Memahami Perubahan pada Kandidat Digital
Dalam laporan Memahami Tantangan Kandidat Digital, JobStreet berkolaborasi dengan Boston Consulting Network dan The Network menyajikan perubahan kandidat kerja di era digitalisasi yang dipicu oleh kondisi pandemi.
Laporan ini diambil dari sekitar 9,900 yang 40% di antaranya sedang aktif mencari kerja dan sisanya berpikiran untuk pindah kerja dalam waktu 2-3 tahun ke depan. Ini dia kupas tuntas mengenai perubahan yang ditemui mengenai preferensi kandidat digital dalam mencari pekerjaan yang ideal.
1. Digitalisasi Membuka Peluang Karir Pandemi membuat jutaan orang di seluruh dunia dihadapkan dengan dua hal: antara beradaptasi dengan sistem kerja digital atau kehilangan pekerjaan akibat pandemi. Namun, hal ini tidak berlaku untuk talent yang memiliki kompetensi di bidang digital dalam industri mana pun.
Sebagian besar kandidat digital berhasil melewati krisis ini dengan relatif aman karena sudah mengantongi kompetensi yang dibutuhkan ketika pandemi menerjang. Justru, banyak perusahaan sangat mencari para kandidat digital untuk melakukan modernisasi sistem kerja.
Hal ini membuat pekerja digital semakin sadar bahwa mereka justru punya lebih banyak peluang karir yang lebih baik dibanding situasi sebelum pandemi. Mereka merupakan 'citizens of the world' aktif dan lebih terbuka dengan kemungkinan dapat pekerjaan di perusahaan seluruh dunia yang berbasis virtual.
Karena itu, persaingan tak hanya terjadi antar kandidat untuk mendapat pekerjaan. Kini perusahaan Indonesia juga turut berkompetisi dengan perusahaan global untuk merekrut talent terbaik.
2. Sektor Digital Tetap Jadi Pilihan Para kandidat digital sepenuhnya sadar bahwa profesi di berbasis skills digital menawarkan gaji dan jenjang karir yang lebih kompetitif dibanding profesi non-digital. Terlepas perusahaannya bergerak khusus di sektor digital ataupun non-digital, para talent digital yang sedang aktif mencari pekerjaan dan ingin pindah kerja tetap ingin bertahan di profesi digital.
Mereka yang mempertimbangkan untuk pindah kerja 2-3 tahun ke depan kebanyakan ingin mempelajari keahlian baru. Ini dilakukan agar mereka bisa berpindah profesi baru di bidang yang sama yaitu bidang IT, digitalisasi, automasi, dan analisis data.
Sementara itu, banyak pekerja dengan profesi non-digital sangat berminat untuk reskilling jika itu berarti mereka bisa mempunyai peluang lebih untuk mendapatkan pekerjaan di bidang IT, digitalisasi, automasi, dan analisis data.
3. Minat Tinggi akan Fleksibilitas Work from Home Software Developer tidak perlu berada di kantor untuk menyusun kode pemrograman, Data Scientist tidak harus bekerja dari kantor untuk menyusun algoritma dan menganalisis data set, dan admin IT harus ke kantor untuk memastikan keamanan server perusahaan.
Tidak heran jika pekerja digital lainnya sudah familiar dengan sistem kerja virtual jauh sebelum transisi yang terjadi karena kondisi pandemi. Karena itu, hybrid working adalah keinginan dari 95% responden, dengan work from home setidaknya sekali dalam seminggu. Artinya, hanya segelintir kecil yang ingin bekerja sepenuhnya dari kantor.
Perihal waktu kerja, 46% responden yang merupakan pekerja digital ingin memiliki fleksibilitas waktu kerja yang dikombinasikan dengan jam kerja tetap. Sementara, 29% responden menginginkan kontrol penuh dalam mengatur jam kerja. Sisanya, 25% menginginkan jam kerja tetap.
Tidak hanya dari pekerja digital, minat akan fleksibilitas kerja juga hadir dari pekerja non-digital. Terdapat 20% responden ingin waktu kerja yang sepenuhnya fleksibel. Lalu, mayoritas 44% menginginkan kombinasi jam kerja yang fleksibel dan tetap. Sisanya, 36% tetap menginginkan jam kerja tetap.
Karena itu, perlu Anda ingat bahwa kandidat berbasis digital atau non-digital, utamanya para pekerja muda masa kini lebih mengharapkan fleksibilitas terkait lokasi dan waktu kerja.
4. Work-life Balance Adalah Prioritas Selama dua tahun jalannya pandemi, awal periode work from home sempat menjadi penyebab yang mempengaruhi well-being para karyawan, terutama mereka yang masih beradaptasi dan belum memahami cara memisahkan antara jam kerja dan waktu beristirahat.
Hal ini menjadikan keinginan dan kesadaran untuk mencapai work-life balance semakin tinggi di pekerja atau pun kandidat yang aktif mencari kerja. Dari sekitar 9,900 responden, work-life balance menempati posisi pertama diikuti dengan relasi yang baik antar kolega di posisi kedua sebagai aspek penting dalam bekerja.
Selanjutnya, prioritas ketiga dan keempat ditempati oleh adanya kompensasi finansial dan relasi yang baik dengan atasan. Selain itu, stabilitas finansial perusahaan menjadi penting juga karena menjadi prioritas kelima.
5. Awareness Tinggi Atas Isu Sosial Pada hasil survei ini, mayoritas responden, yaitu 61% setuju bahwa isu terkait keberagaman dan inklusivitas menjadi aspek yang lebih penting selama setahun terakhir. Hadirnya kesetaraan ini sedemikian penting seiring dengan pernyataan 53% pekerja digital berusia di bawah 30 tahun yang memilih untuk menghindari perusahaan yang tidak mendukung dan menghadirkan hal ini.
Kesadaran atas pentingnya perusahaan yang mengedepankan nilai ini juga dipicu dengan kesadaran responden atas isu sosial dan kesetaraan seperti kondisi darurat perubahan iklim, #MeToo, Black Lives Matter, dan semakin seringnya diskusi terkait pentingnya hak pekerja di media sosial.
Dengan berupaya menjunjung prinsip inklusivitas di tempat kerja, banyak keuntungan yang bisa Anda dapatkan sebagai pihak pemberi kerja. Menjunjung tinggi nilai inklusivitas memungkinkan Anda untuk memikat talent global terbaik dan memiliki tingkat retensi pegawai yang lebih tinggi.
Selain itu, keberagaman ini akan menginisiasi produktivitas yang lebih baik. Hadirnya ruang aman dan terbuka adalah bentuk dukungan perusahaan agar pegawai bisa menyalurkan ide kreatif, mengekspresikan kepribadian, serta saling tukar pengalaman dengan nyaman.
Pada akhirnya, lingkungan kerja yang suportif adalah fondasi relasi yang baik antar pekerja yang memungkinkan adanya komunikasi dan sistem kerja yang dapat meningkatkan produktivitas perusahaan.
6. Antusiasme Upskilling dan Reskilling Karena pandemi, tidak hanya perusahaan saja yang sadar kebutuhan atas skill set baru untuk menghadirkan sistem kerja yang berbasis digitalisasi teknologi. Dari survey kami, 68% pekerja digital mengatakan bahwa mereka setidaknya menghabiskan waktu selama beberapa pekan atau lebih setiap tahunnya untuk mengembangkan keterampilan.
Seiring berjalannya waktu, skill set baru yang menunjang pekerjaan berbasis digital tentu menjadi hal penting bagi perekrut seperti Anda. Namun, terkadang ada skill set yang penting dan dibutuhkan segera namun pegawai Anda belum memiliki hal ini.
Kondisi ini seringkali berimbas pada ekspektasi tinggi dari pihak perusahaan kepada pegawainya yang berdampak pada penilaian performa karyawan yang dianggap kurang memuaskan. Padahal, skillset berbasis digital ini adalah keterampilan yang masih akan terus berubah dan akan berkembang menyesuaikan masifnya kemajuan teknologi.
Bersamaan dengan minat mayoritas responden atas upskilling, ketimbang melakukan perekrutan yang membutuhkan waktu, biaya, dan tenaga yang tidak sedikit, sebaiknya Anda mulai menganggap bahwa fasilitas upskilling dan reskilling karyawan secara berkala adalah kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh perusahaan.
Menyikapi Tantangan Perubahan Bersama JobStreet
Itu dia pembahasan lengkap mengenai ragam perubahan prioritas yang terjadi di kalangan kandidat dan pekerja digital masa kini. Pada dasarnya, perubahan sistem kerja tidak hanya menjadi tantangan bagi para kandidat beradaptasi untuk bersaing menjadi kandidat terbaik.
Namun, Anda juga perlu melakukan penyesuaian signifikan agar dapat memastikan perusahaan menjadi pilihan utama para kandidat terbaik untuk meniti karir dan akhirnya berkontribusi untuk tumbuh kembang perusahaan secara berkelanjutan.
Tidak perlu khawatir dalam menyikapi tantangan ini. Simak laporan lengkap Memahami Tantangan Kandidat Digital yang bisa diunduh untuk Anda pelajari lebih dalam mengenai insights talent digital masa kini.
JobStreet menghadirkan Solusi Rekrutmen Lengkap yang akan mempertemukan perusahaan dengan kandidat yang tepat dengan mudah, cepat, dan efisien. Kemudian, jangan lupa untuk terus menambah wawasan Anda mengenai tren perekrutan, tips pengelolaan pegawai, dan laporan eksklusif lainnya di laman Insights.
Tentang SEEK di Asia SEEK adalah grup perusahaan, yang terdiri dari bisnis rekrutmen online, pendidikan, komersial dan nirlaba. SEEK memberikan kontribusi positif pada kehidupan orang banyak dalam skala global. SEEK terdaftar dalam Australian Securities Exchange, dan menjadi salah satu dari 100 perusahaan terbesar. Di Asia, SEEK beroperasi dengan brand JobStreet dan JobsDB, platform ketenagakerjaan terbesar di Asia dan pilihan utama bagi kandidat dan perusahaan. SEEK menarik lebih dari 500 juta kunjungan per tahun di enam pasar yang dioperasikannya, yaitu Hong Kong, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand.
Tentang SEEK Limited SEEK adalah grup perusahaan, yang terdiri dari bisnis rekrutmen online, pendidikan, komersial dan nirlaba. SEEK memberikan kontribusi positif pada kehidupan orang banyak dalam skala global. SEEK terdaftar dalam Australian Securities Exchange, dan menjadi salah satu dari 100 perusahaan terbesar. Pada tahun 2022, SEEK diakui sebagai salah satu dari Australia’s Top Ten Places to Work in Tech dalam penghargaan AFR BOSS Best Places to Work. Tahun ini, SEEK merayakan 25 tahun membantu warga Australia menjalani kehidupan kerja yang lebih memuaskan dan produktif.