Lanjut ke konten
Hiring Advice Keterlibatan karyawan 3 Cara untuk Mengelola Pegawai Perokok dengan Lebih Baik
3 Cara untuk Mengelola Pegawai Perokok dengan Lebih Baik

3 Cara untuk Mengelola Pegawai Perokok dengan Lebih Baik

 Pertanyaan yang sejak dahulu kala selalu saja ditanyakan adalah bagaimana perusahaan menangani berbagai masalah yang mungkin terjadi akibat mempekerjakan pegawai yang merokok. Salah satu solusi sederhana untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menolak untuk mempekerjakan perokok atau memberlakukan larangan merokok selama jam kerja.

Namun demikian, kebijakan semacam itu bukan hanya akan membuat para pegawai berbakat enggan melamar ke perusahaan Anda dan mempersulit retensi pegawai, tetapi juga dapat membuat perusahaan dituntut atas pasal diskriminasi di tempat kerja. Oleh sebab itu, perusahaan perlu menggunakan pendekatan yang lebih konstruktif untuk menangani masalah ini. Berikut merupakan 3 cara untuk mengelola para pegawai perokok di tempat kerja.

1) Memiliki Budaya yang Tepat

Alih-alih menerapkan kebijakan super ketat yang mendiskriminasi para perokok, staf HR sebaiknya memfokuskan upaya mereka untuk menerapkan suatu budaya kerja yang berorientasi pada hasil kerja dan kinerja yang tinggi guna meningkatkan produktivitas para pegawai.

Meskipun larangan merokok dan kebijakan perusahaan untuk tidak menerima pegawai yang merokok mungkin dinilai sebagai metode yang efektif untuk meningkatkan efisiensi di tempat kerja, kedua hal tersebut lama-kelamaan akan dirasa kontra-produktif dan ketinggalan jaman. Alasannya, memiliki kebijakan-kebijakan diskriminatif seperti itu hanya akan mencegah para kandidat unggulan untuk melamar serta mengasingkan para pegawai eksisting perusahaan.

Daripada mengadopsi praktik perekrutan yang diskriminatif dan menargetkan para pegawai tertentu, staf HR dan tim manajemen harus mendorong budaya kerja perusahaan yang dibangun atas dasar kerja tim, inclusiveness, dan penekanan pada tingkat kinerja.

Contohnya adalah dengan membuat para anggota tim menemui para pemimpin tim mereka secara rutin dan membahas tentang tujuan, pencapaian, dan peningkatan mereka setiap minggunya. Progres yang ada dapat ditampilkan pada papan pengumuman / email / rapat bulanan. Ini akan mendorong suatu rasa persaingan yang sehat antar para anggota tim. 

Lingkungan kerja yang erat ini tidak hanya mendorong adanya hubungan yang lebih dekat antar para pegawai namun juga menghasilkan efek peer pressure yang memaksa para pegawai perokok untuk mendisiplinkan diri mereka agar sejalan dengan budaya perusahaan. Pada dasarnya, metode ini memperkecil kecenderungan para pegawai perokok untuk mengambil smoke break yang berlebihan karena mereka akan dianggap tidak mengedepankan kepentingkan tim mereka.

 

loa-bottombanner-728x90ev-article-and-edm-banner

 

2) Area Khusus Merokok (Designated Smoking Areas)

Salah satu alasan utama mengapa perusahaan mengambil tindakan tegas tentang kebijakan merokok adalah potensi kerugian yang mungkin dikeluarkan oleh perusahaan. Pertama, pegawai dengan kebiasaan merokok cenderung menjalani gaya hidup tidak sehat yang membuat mereka berisiko menderita penyakit jantung, hipertensi dan diabetes. Kedua, sebagian besar pegawai non-perokok terganggu oleh bau asap rokok dan dapat menderita efek samping akibat menjadi perokok pasif.

Namun demikian, melarang dan mendiskriminasi para pegawai perokok bukanlah jawabannya. Dalam zaman di mana sebagian besar bisnis dipandang sebagai mesin pencetak uang yang kurang memperhatikan kesejahteraan pegawai mereka, mengadopsi kebijakan perekrutan yang diskriminatif dapat menjadi bencana bagi citra perusahaan, baik secara internal maupun eksternal. 

Pada zaman dimana pegawai menghabiskan semakin banyak waktu di tempat kerja, pendekatan yang lebih bermanfaat untuk mengelola pegawai yang merokok adalah dengan memotivasi mereka untuk menjalani gaya hidup yang lebih sehat. Alih-alih menciptakan larangan merokok di tempat kerja, area khusus merokok (designated smoking area) harus diletakkan agak jauh dari area kerja sehingga mempersulit para pegawai yang ingin merokok.

Selain itu, area khusus merokok dapat dimanfaatkan untuk menampilkan berbagai pengumuman layanan masyarakat yang menjelaskan bahaya asap rokok dan risiko kesehatan yang dihasilkan. Khususnya iklan-iklan anti-merokok yang bersifat grafis dan mengganggu yang terbukti efektif untuk mengugurkan niat merokok para pegawai tersebut, seperti yang ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan yayasan Tobacco Free Florida. Faktanya, tidak ada orang yang suka melihat iklan rokok grafis seperti ini:

smokersmoker1

 

3) Memberikan Insentif

Seperti yang disebutkan sebelumnya, daripada secara terang-terangan mendiskriminasi para perokok, perusahaan harus mengambil pendekatan yang lebih holistik dalam mengelola perokok. Alih-alih mengasingkan para pegawai yang merokok, GE memilih untuk memotivasi pegawai mereka untuk berhenti merokok sepenuhnya dengan memberikan bonus berupa uang kepada pegawai yang berhasil berhenti merokok selama 1 tahun. Program ini dibagi menjadi tiga segmen; segmen pertama memberikan $ 100 kepada pegawai yang bergabung dengan program penghentian merokok, selanjutnya $ 250 dihadiahkan kepada pegawai yang berhasil berhenti merokok selama 6 bulan, terakhir, $ 400 diberikan kepada pegawai yang sepenuhnya berhenti merokok.

Penelitian telah menunjukkan bahwa pegawai yang berpartisipasi dalam program ini 3.28 kali  lebih mungkin untuk berhenti merokok daripada pegawai lainnya. Dari hasil tersebut, terlihat bahwa program ini tidak hanya bermanfaat untuk mendorong para pegawai menjalani gaya hidup yang lebih sehat, namun juga merupakan rangkaian kampanye rekrutmen yang baik bagi perusahaan. Dengan mempromosikan diri sebagai perusahaan yang mengedepankan kesejahteraan para pegawainya dan sebagai tempat yang luar biasa untuk bekerja, GE mampu menarik minat para kandidat unggulan dari seluruh dunia.

Seperti yang dapat dilihat dari contoh-contoh di atas, mengadopsi pendekatan yang lebih holistik dalam mengelola para pegawai perokok merupakan solusi terbaik untuk ke depannya. Dengan menggunakan metode yang berupaya meningkatkan kesejahteraan umum para pegawai dan memiliki budaya kerja yang lebih baik, perusahaan akan memperoleh keuntungan yang lebih lagi untuk jangka panjang.

loa-bottombanner-728x90ev-article-and-edm-banner

Langganan Tips Rekrutmen

Dapatkan pesan dari para pakar Tips Rekrutmen langsung ke kotak masuk Anda.
Dengan memberikan informasi pribadi Anda, Anda menyetujui Pemberitahuan Pengumpulan dan Kebijakan Privasi. Anda dapat berhenti berlangganan kapan saja.